4. Persepsi Lingkungan Psikososial Kerja

Sabtu, 16 Oktober 2010


1.Pengertian persepsi terhadap lingkungan psikososial
Pada dasarnya persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja merupakan pandangan dan penilaian terhadap lingkungan kerjanya. Persepsi terhadap lingkungan psikososial kerja adalah persepsi terhadap lingkungan organisasi dalam unit analisis di tingkat individual. James dan Sells (Handayani, 2003) menyatakan persepsi terhadap lingkungan psikososial dapat didefinisikan sebagai representasi kognitif dari individu terhadap kejadian-kejadian situasional yang relatif dekat dengan dirinya, yang mengekspresikan pemaknaan psikologis dan signifikasi dari situasi-situasi tersebut bagi individu yang bersangkutan.

Gibson (1988) menyatakan bahwa persepsi terhadap lingkungan psikososial merupakan serangkaian hal dari lingkungan yang dipersepsikan oleh orang-orang yang bekerja dalam suatu lingkungan organisasi serta mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi tingkah laku karyawannya. Pendapat tersebut didukung oleh Steers (Handayani, 2003) yang membatasi persepsi terhadap lingkungan kerja sebagai hal-hal karakteristik yang dipersepsikan individu dalam organisasi. Persepsi merupakan hasil dari tindakan yang dilakukan organisasi secara sadar maupun tidak sadar yang dapat mempengaruhi tingkah laku individu di dalam suatu organisasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi terhadap lingkungan psikososial kerja adalah serangkaian keadaan lingkungan psikososial yang dipersepsi dan dirasakan secara langsung atau tidak langsung oleh anggotanya dan diduga merupakan kekuatan yang mempengaruhi perilaku anggota tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi karyawan terhadap lingkungan psikososial adalah pengamatan, pengorganisasian dan penafsiran terhadap suasana kerja yang menunjukkan isi dan kekuatan dari pengaruh antara nilai, norma, sikap, perilaku, dan perasaan dari anggota suatu sistem sosial.

2. Faktor-Faktor yang termasuk lingkungan kerja
Kesehatan sebagian karyawan tergantung pada kondisi lingkungan fisik kerja, hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan fisik kerja tidak boleh diabaikan, karena aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan semangat kerja bagi karyawan. Untuk menjaga terpeliharanya keadaan fisik manusia dalam pekerjaannya, maka perlu diperhatikan kondisi fisik tempat kerja seperti keadaan hawa, suhu, cahaya, serta alat-alat yang sepadan dengan ukuran dan konstruksi tubuh anggota badan manusia.
Anoraga (1992) menyatakan bahwa lingkungan kerja yang jelek akan mempengaruhi karyawan, produktivitas kerja menjadi turun karena ia merasa terganggu dalam pekerjaannya sehingga tidak dapat mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaannya. Demikian pula sebaliknya, apabila tuntutan terhadap lingkungan kerja terpenuhi dalam arti lingkungan kerjanya baik dan teratur sesuai dengan yang diinginkan karyawan maka reaksi karyawan terwujud dalam bentuk naiknya produktivitas kerja.

Salah satu persoalan penting dalam suatu perusahaan adalah pemeliharaan keamanan dan keselamatan kerja karyawan, perusahaan perlu memperhatikan hal-hal ini untuk memberi kondisi kerja yang lebih aman dan lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi organisasi-organisasi tersebut mempunyai angka kematian dan kecelakaan yang tinggi (Handoko, 1993).
Handoko (1993) lebih lanjut mengemukakan bahwa lingkungan kerja yang sehat akan dapat menjaga kesehatan para karyawan dari gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat secara tidak langsung akan mempertahankan atau bahkan meningkatkan minat kerja karyawan.
Mc.Cormick dan Tiffin (Sartika, 1998) menyatakan bahwa lingkungan kerja terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Lingkungan kerja yang bersifat fisik, misalnya penerangan, ventilasi, kebersihan, keamanan, dan kebisingan.
b. Lingkungan kerja yang berhubungan dengan waktu, misalnya jam kerja dan jam istirahat.
c. Lingkungan kerja yang berhubungan dengan situai sosial dimana individu melakukan pekerjaan.
Scott (Wiyani, 1998) menyatakan lingkungan kerja terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Lingkungan berkenaan dengan faktor fisik, seperti alat kerja, penerangan, dan lain-lain
b. Lingkungan kerja berkenaan dengan faktor non fisik, seperti teman, peraturan, penghasilan, dan lain-lain.
Nitisemito (1992) menyebutkan beberapa faktor yang termasuk lingkungan kerja yaitu kebersihan, pertukaran udara dan ventilasi, penerangan, warna ruang, keamanan, dan kebisingan.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang termasuk lingkungan kerja meliputi, faktor yang bersifat fisik yaitu yang berkaitan dengan keadaan lingkungan fisik seperti ventilasi, penerangan, kebersihan, keamanan, kebisingan, dan faktor non fisik seperti jam kerja, peraturan dan penghasilan yang berhubungan dengan waktu dan yang berhubungan dengan nilai dimana seseorang bekerja.

3. Aspek-aspek persepsi lingkungan psikososial kerja
Situasi dan kondisi tempat kerja merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap komitmen kerja, suasana kerja yang menyenangkan, rekan kerja yang kooperatif, pimpinan yang selalu memperhatikan karyawannya, kebijaksanaan
yang mempengaruhi kerja dan karier mereka serta kompensasi yang adil
merupakan dambaan bagi para karyawan sehingga karyawan mengharapkan lingkungan kerja yang baik. Menurut Kozlowsky dan Doherty (Budiprasetyo, 1997) aspek-aspek yang terdapat dalam persepsi terhadap lingkungan psikososial kerja antara lain yaitu :
a. Struktur kerja. Kejelasan secara detail dan rinci pekerjaan yang harus dikerjakan serta kejelasan deskripsi jabatan masing-masing karyawan.
b. Tanggung jawab kerja, yaitu kejelasan pemisahan tanggung jawab antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain sehingga tidak terjadi pelemparan atau tanggung jawab atas pekerjaan yang tidak sesuai.
c. Tekanan kerja, yaitu besarnya beban kerja yang diberikan pada setiap karyawan haruslah disesuaikan dengan kemampuan fisik dan akademik yang seimbang antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain.
d. Kebebasan mengambil keputusan, yaitu kesempatan karyawan dalam mengambil keputusan dengan kebebasan bertanggung jawab tanpa ada tekanan dari pimpinan.
e. Dukungan pimpinan, yaitu pimpinan menganggap bawahannya sebagai partner yang turut dilibatkan untuk mencapai tujuan bersama, dan pimpinan berperan sebagai sosok yang mendukung dan memberikan perhatian terhadap karyawan dalam rangka kesuksesan kerja.
f. Kebersamaan, yaitu interaksi antara karyawan satu dengan karyawan yang lain secara terbuka sehingga tercipta keterbukaan dalam masalah kerja dan menciptakan kerja yang berkualitas.

Gondokusuma (1980) membagi lingkungan baik secara fisik maupun psikososial. Indikator dari lingkungan psikososial adalah :
a. Kebijaksanaan. Kebijaksanaan meliputi program kerja, prosedur dari pedoman yang memuat norma, standar atau sasaran dari kerja sehari-hari serta usaha dalam jangka yang lebih panjang.
b. Syarat kerja. Syarat kerja yaitu semua kewajiban yang ditetapkan oleh atasan dan juga imbalan kepada pegawai.
c. Kepemimpinan. Dalam hal ini kebijaksanaan kepemimpinan adalah cara pihak atasan mendekati, mendorong, membimbing serta mengawasi pegawai sehingga tercapai suatu keseimbangan yang diharapkan.
d. Semangat. Semangat dapat dipengaruhi oleh kebijaksanaan kepemimpinan dan merupakan pengaruh utama pada sumbangan pegawai karena akan membuat pegawai mencapai hasil yang lebih tinggi tanpa menjemukan.
e. Kerjasama. Kerjasama dalam kelompok adalah refleksi moral dan akan baik apabila moralnya tinggi. Ada baiknya jika pegawai dengan kemampuan kerja serta daya tahan kerja keras yang setaraf itu dimasukkan ke dalam suatu kelompok kerja.
f. Prestasi dan produktivitas. Prestasi dan produktifitas yang tinggi pada beberapa pegawai dapat mendorong pegawai lain untuk bekerja lebih giat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek pengukuran lingkungan psikososial kerja yaitu struktur kerja, tanggung jawab, tekanan kerja, kebebasan mengambil keputusan, dukungan pimpinan, kebersamaan, kebijaksanaan, syarat kerja, prestasi dan produktivitas.





Daftar Pustaka
Anoraga, P. 1992. Psikologi Dalam Perusahaan. Jakarta. PT. Rineka Cipta

Budiprasetyo, B.K. 1997. Peningkatan Kualitas Kerja Melakukan Iklim Organisasi. Pranata April – Juli.

Gibson I. 1988. Organisasi dan Manajemen Perilaku Struktur Proses (terjemahan Djoerban Wahid). Jakarta : Penerbit Erlangga.

Gondokusuma, AA. 1980. Komunikasi Penugasan Bagi Eksekutif Supervisor Karyawan. Jakarta Gunung Agung.

Handayani, T. E. 2003. Hubungan Persepsi terhadap Lingkungan Psikososial Kerja dengan Loyalitas Kerja. Skripsi. (Tidak Diterbitkan).


Handoko, T.H. 1993. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia Edisi 2. Yogyakarta : Penerbit BPFE.

0 komentar:

Posting Komentar